Rabu, 16 April 2014

Humanity Problem

Enjoy this post

Sepagian path saya diwarnai postingan yang agak sedikit beda dari biasaya yang biasanya cuma isian dumelan semerautnya jalanan ibu kota.  Sebelumnya saya mohon maaf kepada, ehem Mbak Dinda yang hari ini mulai populer dengan hujatan di sosial media.  Baiklah perlu diketahui tulisan ini bukan untuk ikutan menghakimi Mbak Dinda dan membela ibu hamil, apalagi untuk ikutan mendongkrak "kepopuleritasan" Mbak Dinda (hahahah gak banget lah yah), ini cuma sekelumit pendapat pribada saya, si ANKER (Anak Kereta) yang kurang lebih 4 tahun menjadi pengguna sekaligus pengamat perkeretaapian di ibu kota (tsaaaah gayak).

Kurang lebih 4 tahun saya memilih Commuter Line (CL) yang dinaungi oleh PT KAI (Kereta Api Indonesia) sebagai sarana transportasi untuk pulang pergi Rumah-Kampus (Bekasi-Depok), mulai dari kereta ketek (kereta ekonomi) yang harganya 2000 perak, sampai kereta Pakuan yang harganya 16.000, terus kereta ketek mulai ditiadakan, dan harga CL melambung bak harga cabai sampe akhirnya turun lagi kaya harga cabe-cabean, semuanya sudah saya alamin, ya istilahnya pait, getir, manis, naik CL udah saya telen lah.

Mbak Dinda mungkin bukan cuma 1 dari 1.000.000 pengguna CL yang "ngedumel" tentang gak enaknya naik CL apalagi sampai ada tragedi rebut-rebutan bangku.  Saya juga kadang jengkel sama orang yang asal nyerobot aja tempat duduk yang udah lama saya incar, paitnya ya gitu kalo yang ngincer justru orang-orang yang berstatus PRIORITAS (Anak kecil, Ibu hamil, Lansia, dan Orang Berkebutuhan Khusus) yang gak kebagian tempat duduk karna emang nasip udah gak kebagian, atau karna hak mereka di rebut sama orang yang "MAU BANGET" diprioritasin.  Kadang orang Indonesia juga susah dibilangin, banyak banget yang duduk di kursi prioritas padahal tandanya udah segede gajah hamil, malah saya pernah sengaja ngejambak mas-mas yang dengan pulesnya tidur disini.  Ya kalo udah ada tanda tolong banget sih pengertiannya mau kereta penuh atau kosong ya jangan dipake, sadar diri aja kalo kita bukan termasuk golongan prioritas.

Oke buat yang gak tau suasana di CL saat pergi dan pulang kantor, saya bakal bantu mendeskripsikannya.  Satu rangkaian CL terdiri dari 8 gerbong, 2 gerbong khusus wanita yang ada di setiap ujung rangkaian, dan sisanya gerbong campuran.  Kapasitasnya sekitar 120-170 orang dimana terdiri dari 16 untuk duduk di kursi prioritas dan 28-30 untuk duduk di kursi non prioritas sisanya ngatung.  Tapi itu normalnya, gak normalnya di mulai saat jam sibuk dimana buat goyangin panta* aja gak bisa, aroma ketek dari yang asem kecut, asem seger, bau kambing dan lain-lain juga bakal dengan sangat mudah terendus.  Sekedar informasi dulu jamannya tiket CL masih 8500 rupiah untuk Jakarta-Bekasi, kereta Bekasi gak separah kereta tujuan Bogor, tapi karna semakin murah akhirnya ya gak ada bedanya.

Oke balik lagi ke Mbak Dinda.

Mbak, saya, bahkan jutaan pengguna lainnya punya masalah yang sama, "Kelelahan dan Kestressan" yang berbeda hanyalah kadarnya.  Tapi perlu dipahami bahwa ibu hamil punya tingkat kelelahan dan kesetressan yang jauh lebih tinggi dari wanita normal pada umumnya.  Kadang saya juga heran sama ibu hamil yang masih maksain diri naik ke gerbong yang jangankan untuk perut datar atau buncit karna kekanyangan aja susah naik tapi masih maksa naik.   Ini sebenernya bagian dari dilema saya juga saat nanti saya menikah dan dipercaya untuk hamil (aamiin), disisi lain saya harus tetap bekerja, tapi disisi lain keselamatan saya dan calon bayi di rahim terancam.  Mau naik kendaraan roda dua atau roda empat milik pribadi atau angkutan umum juga gak ngejamin bakal bebas dari kelelahan dan kesetresan, pasalnya di kota urban seperti Jakarta dan Bekasi CL masih menjadi saran transportasi pilihan. (Pleassee jadiin saya orang kaya melebihi Syahrini biar ke Emol di Jakarta aja bisa naik Jet, oke labai).

Saya juga kadang sedih kalau lagi ada di gerbong khusus wanita.  Wanita semua loh isinya, kadang dengan egoisnya ada aja penumpang yang pura-pura tidur, pura-pura gak denger karna jedak jeduk musik di headsetnya.  Pernah ada bahkan sering kejadian seorang ibu yang lagi hamil muda saking dia takut mau minta haknya di kursi prioritas dengan keadaan hamil tapi perut belum melembung, sampai akhirnya ibu itu pingsan.  Atau kadang ada nenek-nenek yang emang sih keliatannya masih gagah tapi pas diperhatiin 10-15 menit beliau berdiri mukannya udah pucet.

Buat siapa pun yang menggunakan transportasi massal, mau itu kereta, bus, andong, dokar dll ini bukan prihal siapa yang lebih lelah, siapa yang kuat, dan siapa yang lebih dulu dateng tapi ini masalah solidaritas, kemanusiaan.  Anggep ajalah kita nabung kebaikan buat orang lain, nih contoh deh cowok anak muda kalau ada ibu-ibu yang tolong diangkat badannya, kasih duduk, ya bukan masalah gender juga tapi udah masalah kemanusiawian dan etika.  Kita bermain peran lah, coba bayangin kalau kita hamil rasanya gimana, kalau ibu atau nenek kita diacuhin saat mereka lagi di kereta.  Yuk belajar untu menjadi pribadi yang lebih sensitif terhadap kesusahan orang lain, dan saling menghargai hak orang lain.  Ibu hamil kalau keadaan gerbong udah gak memungkinkan untuk dinaikin (dengan indikasi pintu sudah gak bisa ditutup dengan mudah) yuk bersabar tunggu yang lebih memungkinkan, ada hak anak yang mesti kita jaga sekalipun dia belum lahir.  Yang bukan termasuk golangan penumpang prioritas, ada baiknya kita mengalah kalau yang termasuk golongan prioritas ini tidak mendapatkan haknya secara langsung, tapi kita bisa jadi perantara rizkinya sekalipun hanya sekecil memberi tempat duduk.

Sekali lagi tulisan ini hanya pendapat sederhana saya saja sesuai pengalaman kurang lebih 4 tahun menjadi anak kereta, mohon maaf kalau ada perbedaan perspesi antara saya dan para pembaca.

Lovelill2014






0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting