Selasa, 25 Februari 2014

Ada anak bertanya pada bapaknya

Enjoy this post

Terimakasih untuk setiap jalinan kebersamaan ya ada
Saat dulu hati membangkang segala pernyataan benar
Dan kehidupan perlahan membenarkannya


2009 . . .

Tahun pertama memasuki dunia perkuliahan yangvkatanya masa paling bebas dari masa yangvada. Dimana semua dianggapntelah dewasa, tapi tidak bagi saya yang saat itu masih berusia lima belas tahun setengah.  Pemandangan wanita dengan asap mengepul yabg kelar dari barang makruh yang merka hisap apalagi kalau bukan rokok, menjadi pemandangan yang aneh buat saya saat itu, maklum saya lukus dari sekolah islam alias MAN (Madrasah Aliyah Negeri).

Saat itu saya belum mengkost, masih hidup menumpang di rumah kakak tertuanya ayah, percaya atau tidak ayah ibu saya juga turut mebemani saya sampai sebulan masa adaptasi.

Saat saya berkesempatan melewati malam bersama ayah untuk sekedar jajan di pinggir jalan, saya mengutarakan fenomena yang saya lihat di kampus sekaligus mengeluarkan hasrat keibgin tahuan saya tentang dunia malam.

Seminggu setelahnya ayah mengajak saya pergi ke tengah hiruk pikuk Kota Jakarta yang semakin malam semakin menggila. Dulu saya masih labil untuk berhijab, seperti biasa dengan celana pendek dan kaos lengan pendek saya mulai diajak masuk oleh ayah. Wooow betapa mau lingsannya saya karna jantung mendadak melemas mendengar dentuman musik yabg begitu keras.  Para kalong malam asik berjoget ala-ala ibu PKK yang sedang pemanasan (versi lebih hits).

Beberapa menit kemudian ayah mengajak sata duduk di meja bar yang selama itu saya hanya bisa lihat di sinetron-sinetron. Entah apa yang ayah pesan malam itu, tenggorakan sayabyang tadibya haus mendadak meringis karna bau yang lebih mirip dengan spirtus yang seribgvsayabgunakan untuk praktek kimia dan biologi.

Tidak mau mati melemas karna jantung yang gak karuan akhirnya saya minta untuk keluar meninggalkan dunia malamnya kaum urban. Diperjalan kami bercakap-cakap layaknya ayah dan anak.

"Gimana seru gak dunia malem"
"Apanya yang seru yah, mending main games di rumah atau tidur"
"Ya begitu deh dunia ajep-ajep. Tadi minumannya gak diminum? Itu mahal loh"
"Idih bensin gitu baunya. Itu namanya wine ya?"
"Bisa dibilang. Ayah kasih tau ya, ayah gak pernah ngelarang km mau mabok, ngerokok, ajeo-ajep asal jgn di belakang ayah. Ayah cuma ngelarang km buat ngeseks, langsung arau gak langsung. Ibaratnya kalo km udah kena itu sm aja kaya km pake narkoba. Kalo km udh pengen bilang aja biar langsung ayah nikahin jadi kamu gak penasaran." Sejak saat itu saya jadi nambah gk suka dengan dunia malam, meski hanya sekedar ha ha hi hi ringan di cafe.  Entahlah saya memang tidak cocok untuk itu, biar kata orang kuper yang penting say sudah bertindak udah sebagaimana mestinya seorang anak perempuan yang masih menjadi tanggung jawab orang tua bertindak.  Every each person has their own decision, mau jadi mahluk noktunal atau tidak.

Emmmm saat itu saya hanya diam, mencoba memasukinya dalam dalam. Ayah memang tipe orang tua yang memberikan pelajaran langsung, bykan teori. Mungkin karna beliau tau babyak tebttang ilmu kejiwaan jadi tau cara yang tepat untuk mengajari dan mendidik saya.

Saya kangen masa-masa bebas bersama ayah, masa dimana saya bisa tertawa, marah, nangis di pangkuan ayah tanpa ada embel-embel risih.

I miss every single moment ayah. Semoga masih babyak waktu yang bisa kita habiskan meaki hanya dengan segelas mie gelas.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting