Minggu, 19 Desember 2010

Siang yang menyenangkan

Enjoy this post

Pagi ini aku merasa menjadi anak yang paling beruntung. Kembali ke rumah di pagi buta pasca menginap di rumah sepupu.

Pagi ini ku lihat ayahku sudah sibuk dengan segala aktifitasnya di rumah. Mulai dari memangkas rerumputan yang sudah meninggi di halaman depan rumah, sampai mencuci sepeda kesayangannya. Di sisi lain ibuku sendiri sedang mengelap kursi-kursi di ruang tamu.

Aku pun langsung masuk ke dalam ruangan kecilku, ku rebahkan kembali kepalaku. Namun tak seperti biasa ayah membangunkan tidurku, dan berkata dengan semangatnya "Kita sepedaan yuk kak, terus ke pasar kita masak!" Aku pun langsung terbangun dengan mata terbelangak, memastika bahwa aku tak sedang bermimpi di pagi buta.

Setelah itu aku pun bergegas ke belakang mengambil sepedaku. Mengelilingi gang demi gang bersama ayah, dan mampir sebentar ke pasar yang terletak tidak jauh dari rumah.

Aku dan ayahku memang senang sekali memasak, berbeda dengan ibuku yang lebih senang bebenah. Kami pun berbelanja beberapa macam sayuran dan bumbu untuk membuat beberapa masakan.

Semua kebutuhan memasak pun telah didapat. Kami kembali ke rumah. Aku pun ditantang oleh ayah untuk membuatkan satu makanan untuknya. Aku memilih menu simpel dengan membuat camilan berbahan dasar kentang (resepnya akn diposting). Beruntung makananku tak sanggup membunuh ayahku malah membuatku berkata "Emm, lumayan enak!"

Giliran ayahku yang memasak untukku. Ayah membuatkanku camilan dari negeri Jepang, yakni Takoyaki. Meski tidak menggunakan gurita, tapi udang sebagai penggantinya cukup menggoyang lidah dengan taburan keju parut di atasnya. (emmm).

Menu kedua yang ayah masak untukku adalah pindang kepala kakap. Biasanya ibuku yang membuatkannya, namun sekarang justru ayahku lah yang membuat. Kepala kakap merah yang besar membuat selera makanku mendidih seketika.

Setelah selesai memasak, aku, ibu, dan ayahku sama-sama menyantapnya diselipi dengan cerita-cerita yang membuat kami tertawa. Namun tiba-tiba aku teringat akan keadaan adikku, ternyata belum ada kemajuan yang signifikan padahal sudah dua minggu lebih adikku berada di salah satu pesantren sekaligus tempat pengobatan di daerah Tasikmalaya tidak jauh dari rumah kami.

Andai kebahagian ini bisa aku dirasakan oleh adikku, andai saja keadilan waktu bisa memihak padanya, dan andai aku bisa menjadi seorang kakak yang bisa menujukan sayangku secara lebih terbuka, mungkin akan ada banyak cerita disetiap kesempatan yang aku punya.

Setelah puas makan, aku dan ayahku bermain congklak. Permainan yang sama-sama kami gemari. Congklak yang selalu kami mainkan pun, umurnya sudah ada sejak aku belum dilahirkan. Congklak ini turun temurun didapat dari kakak sepupuku.

Karena kalah bermain congklak dari ayah, aku terpaksa menuruti kemaunnya untuk bermain catur. Aku tidak terlalu suka dengan permainan ini karena aku selalu kalah bermain dari ayah. Jika sudah kalah, terpaksa aku harus mencabut uban yang sudah tumbuh di sela rambut hitam ayahku.

Dzuhur pun tiba, saatnya ayahku melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba yang taat pada Sang Pencipta-Nya. Aku yang sedang halangan lebih memilih menonton dvd warkop. Entah sudah berapa kali film-film warkop aku tonton.

Setelah selesai ayahku pun masuk ke kamarku dan ikutan menonton film warkop sambil sesekali tertawa di beberapa adegan yang lucu.

Nampaknya ayahku sudah sangat kelelahan sampai-sampai di pemutaran film kedua ayahku tertidur. Senang sekali rasanya siang ini, menghabiskan waktu bersama keluarga kecilku. Penuh kesederhanaan, kebersamaan, dan ketenangan.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting