Senin, 29 November 2010

Apa yang membuat saya stress ?

Enjoy this post


Stress merupakan suatu gejala yang lazim dirasakan oleh seluruh mahluk hidup termasuk saya pribadi.  Sebagai seorang mahasiswa yang mulai beranjak dewasa  stress bukan menjadi hal yang asing yang saya alami, bahkan seiring dengan bertambahnya usia maka bertambah pula beban hidup yang harus dijalani yang sedikit banyak membuat saya stress.

Beberapa faktor baik dari luar maupu dalam diri saya yang mendorong terjadinya stress dalam kehidupan sehari-hari.  Faktor-faktor ini pun terkadang membuat saya hampir kelelahan bahkan terkadang hampir putus asa dibuatnya.

Faktor dalam diri yang berperan sebagai stressor antara lain :

  1. 1.       Tuntutan hidup jauh dari orangtua
  2. 2.      Semangat belajar yang melemah
  3. 3.      Terlalu mengenang masa lalu
  4. 4.      Susah untuk menuliskan inspirasi
  5. 5.      Tidak pandai mengatur waktu

Faktor luar yang berperan sebagai stressor antara lain :

  1. 1.      Tuntutan tugas dari pengajar
  2. 2.      Pengajar yang seenaknya mengatur jadual
  3. 3.      Keuangan yang tidak terkendali
  4. 4.      Tuntutan penyelesaian tugas dari orang lain
  5. 5.      Masalah hati terhadap orang lain
  6. 6.      Perubahan cuaca

Tuntutan hidup jauh dari orangtua.Tuntutan hidup jauh dari orangtua membuat posisi saya sebagai anak kost yang telah saya jalani hampir satu tahun ini merupakan masalah terbesar dalam hidup saya yang menjadi stressor utama yang timbul dalam diri saya pribadi.  Di sisi lain sebagai seorang anak yang memiliki kemampuan fisik yang lemah, saya terpaksa hidup jauh dari orangtua.  Bukan karena saya enggan untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri seperti memasak, mencuci baju, menyetrika dan lain-lain, tapi karena saya sangat susah untuk hidup jauh dari kedua orangtua saya, terlebih saya terlahir sebagai anak tunggal.

Semangat belajar yang melemah.  Benci rasanya ketika saya menyadari semangat belajar saya mulai melemah.  Saya merasakan stress yang teramat ketika menyadarinya.  Hal itu dikarenakan saya tidak mampu melihat apa yang telah diperjuangkan orangtua saya, justru saya sia-siakan dengan melemahnya semangat belajar dalam diri saya pribadi. 

Susah untuk menuliskan isnpirasi.  Terlahir sebagai anak tunggal membuat saya lebih senang untuk menggambarkan apa yang saya rasa melalui tulisan.  Ketika otak saya penuh dengan inspirasi tetapi semangat untuk menulis mulai mengendur itulah hal yang menjadi stressor dalam diri saya.  Rasanya ubun-ubun ini hampir pecah, manakala akal dan pikiran tidak dapat mengalahkan kemalasan yang muncul dari dalam diri.

Tidak pandai mengatur waktu.  Adakalanya terjadi ketidakharmonisan antara tuntutan penyelesaian tugas dengan sistem time management dalam diri saya.  Sehingga, ketika banyak tuntuan yang harus dipenuhi namun waktu yang dimiliki sangat terbatas membuat saya cenderung sangat tertekan untuk menyelesaikannya, meski pada akhirnya selesai tepat waktu.

Tuntutan tugas dari pengajar.  Sebagai seorang mahasiswa tetu tidak dapat dipisahkan oleh rentetan tugas kuliah.  Akan tetapai tugas yang biasanya bersifat deadline dan diberitahukan dalam waktu yang sudah dekat dari hari pengumpulanlah yang biasanya menjadi stressor dalam diri saya.

Pengajar yang seenaknya mengatur jadual.  Pengaturan jadual memang hak setiap pengajar.  Namun terkadang pengajar cenderung cuek terhadap kewajabannya.  Adakalanya seorang mahasiwa jenuh dengan keadaan menunggu jadual yang terlalu lama, sedangkan kepastian kehadiran pengajar tersebut dipertanyakan.  Jika pengajar berinisiatif untuk mengganti ke hari lain, tidak masalah bagi saya dan beberapa rekan saya sesame mahasiswa, akan tetapi jika tidak ada kejelasan bagaimana nasip kami ditambah materi yang masih banyak cenderung membuat saya dan beberapa rekan saya merasa tertekan terlebih ketika menghadapi ujian nanti.

Keuangan yang tidak terkendali.  Hidup jauh dari orangtua teradang membuat sikap hedon dalam diri saya berkembang.  Ini yang menyebabkan keungan tidak terkendali.  Tuntutan pemenuhan kehidupan masih ada sementara keungan justru menipis.  Ingin minta kepada orangtua pun enggan rasanya, karena tidak ingin membebani karena kesalahan saya sendiri yang tidak pandai mengatur keuangan.
Tuntutan penyelesaian tugas dari orang lain.  Sebagai mahluk social saya pun bergaul dengan oranglain, dimana pergaulan itu akan menimbulkan satu konsekuensi terendiri.  Katakanlah konsekuensinya adalah penyelesaian tugas dalam bentuk tugas bersama/tugas kelompok.  Dalam hal ini terkadang saya agak tertekan dengan berbagai karakter orang yang tidak sesuai denga karakteristik saya pribadi. 

Masalah hati terhadap orang lain.  Cakupan masalah hati dalam kasus ini adalah luas.  Saya bisa merasa tertekan ketika ada orang yang merasa tidak suka atau tidak nyaman dengan sikap saya.  Di sisi lain itu sebagai satu hal untuk introspeksi diri tapi di sisi lain itu menjadi tekanan bagi saya pribadi.  Masalah hati terhadap oranglain juga termasuk di dalamnya pada saat saya mengalami rasa ketertarikan terhadap lawan jenis.  Entahlah mengapa ketika saya mengalami rasa ketertarika terhadap lawan jenis, saya cenderung merasa menjadi lebih malas dalam melakukan segala hal.

Perubahan cuaca.  Sadar memiliki daya tahan tubuh yang lemah, saya sangat merasa tidak nyaman dengan perubahan cuacaa yang ekstrim seperti belakangan ini.  Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi kinerja saya.  Perubahan cuaca yang ekstrim membuat saya harus lebih ekstra memutar otak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Beberapa stressor di atas merupakan hal yang paling sering saya alami.  Namun satu stressor terbesar dalam diri saya adalah Terlahir Sebagai Anak Tunggal. Terlahir sebagai anak tunggal membuat saya harus ektra hati-hati dalam menentukan langkah hidup, karena hanya saya yang menjadi tumpuan orangtua, dan saya pula yang menentukan bagaimana kehidupan saya nanti tanpa kehadiran orangtua saya.




0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting