Senin, 06 September 2010

Senandung di Atas Roda Besi I

selamat membaca

LOMBA BLOG DEPOK 17 Juli-17 September 2010

Ini bukan kali pertama saya menulis tentang kehidupan si roda besi, mungkin mulai saat ini seiring dengan rutinitas saya yang sangat terbantu dengan transportasi masal ini, saya akan menuliskan segala hal yang saya lihat di dalam kereta yang menjadi inspirasi saya untuk berbagi di blog ini.


Siang itu Kamis 2 September 2010 adalah perjalanan terakhir saya bersama si roda besi di bulan Ramadhan tahun ini. Beruntunglah saya mendapatkan jadual keberangkatan KRL ekonomi non AC. Bagi sebagian orang mungkin KRL ini tidak lebih dari kumpulan keresahan sebagai efek dari ketidaknyamanan, tapi bagi saya bahkan mungkin beberapa orang di luar sana KRL ini adalah gudangnya cerita yang memberikan kenyamanan tersendiri.

Siang itu saya nampaknya beruntung bisa mendapatkan kursi, meski harus menyusuri beberapa gerbong akhirnya saya mendapatkan tempat duduk. Hawa sejuk mulai terasa, angin semeriwing dari balik jendela yang sudah tak berkaca mengibaskan kerudung saya, celotehan anak kecil di samping saya lumayan lah untuk menghibur hati.

Siang itu mentari tak menampakkan batang hidungnya, mendung menyelimuti kubah bumi, satu persatu wajah di dalam gerbong menjadi tontonan bagi saya. LelahMySpace, bingung MySpace, senangMySpace, marahMySpace, mengantuk MySpace semua tercampur tereksprisikan bagai etalase berjejer di barisan kursi penumpang. "Lima Ribu Lima Ribu" seruan dari pedagang buah mengisi relung kosong lorong gerbong.

Gambaran kesibukan pedagang kaki lima di sepanjang lorong gerbong bukan cerita asing, kebisingan itu seakan menjadi alunan lagu kehidupan yang tak bisa dilepaskan dari si Roda Besi. Hilir mudik para pedagang kaki lima di sepanjang lorong gerbong, berharap dagangan mereka bisa terjual. Pasar berjalan saya menyebutnya. Apa pun ada di dalamnya, hausMySpace? tinggal tunggu si penjual air lewat, lapar? cemilan berupa tahu sumedang yang biasa dijajakan pun pasti lewat, anak nangisMySpace? coba hibur dengan membelikan mainan anak yang biasa dijajakan, Ipod anda mati tak ada lagu yang bisa didengar? tenang, alunan lagu dari para pengamen juga tidak kalah merdu dengan group band yang biasa anda dengarMySpace . Ya, semua ada di sini.

Waspada copet memang perlu, tapi jika menilai KRL ekonomi sarang copet MySpacejangan terlalu terburu-buru memberi penilainnya. Di gerbong ini banyak orang yang masih bisa mencari nafkah dengan halal meski memiliki kekurangan. Siang itu mata saya tertuju pada dua orang lelaki paruh baya. Entahlah mereka sahabat atau saudara saya tidak tahu, tapi saya menyebutnya sebagai "TIM YANG HEBAT". Bukan kisah si buta dan si cacat memang, yang satu memiliki kelainan yang tidak telalu parah. Badannya hanya kurus tak terurus, dengan benjolan besar di kepalanya, yang satu tidak memiliki kaki. Mereka dua orang hebat, mereka tidak mengemis, tapi mengamen. Lelaki tua dengan benjolan di kepalanya setia membawa lelaki tua yang tak berkaki menyusuri gerbong demi gerbong sambil membawa tape tua berisi lagu-lagu sang Raja Dangdut. Lelaki tua tak berkaki tadi berusaha menghayati lagu-lagu tersebu dan terdengarlah suara merdu yang terdengar dari hati.

Dari belakan mereka, terlihat sosok lumpuh berkaki, mengesot dari gerbong satu ke gerbong lain. Nasip merek sama tapi cara mereka mencari nafkah tak serupa. Lelaki itu lebih memilih mencari nafkah dengan mengharap belas kasihan orang. Tapi hati ini tertakjub manakala pengamen tak berkaki itu dengan susah payah menggeser badannya yang cukup besar dengan kedua tangannya agar pengemis tua itu bisa berjalan. Mata saya pun tertuju pada sosok tua yang sedang menjajakan balon kecil ke beberapa penumpang yang membawa anak. " 1000 untuk yang kecil 2000 untuk yang besar" ujarnya, saya tahu jika di luar balon-balon tadi harganya bisa lebih mahal. Mungkin yang terlintas di benak si Bapak asal laku bisa makan tanpa untung besar itu sudah cukup. Bapak tua itu menyapa temannya yang seorang pedagang, kepedualian diantara mereka terlihat jelas, manakala mereka saling memberi semangat untuk bisa menjual semua dagangan mereka.

Ah, baru saampai di stasiun Cawang hujan turun dengan lebatnya. Saya terpaksa beregeser dari tempat duduk mencari celah untuk berdiri. Ya, inilah resiko yang harus kami tanggung ketika hujanMySpace. Gerbong becek terisi dengan cipratan air yang berhasil lolos melewati jendela yang tak berkaca. Tapi kami semakin terlihat kebersamaannya, kami tidak saling mengenal satu sama lain, tami kami saling tolong menolong agar tidak terciprat air yang perlahan masuk. Suasana hangat yang tak diiringi pencahayaan di dalam gerbong membuat suasana kekeluargaan semakin terasa. Terbesit satu tanya di dalam benak saya, apakah masih ada roda-roda besi di negeri lain yang bisa mempersatukan segala perbedaan menjadi satu rasa yakni rasa kekeluargaan seperti yang dimiliki Indonesia?

MySpaceYang jelas saya hanya bisa berujar tak ada senandung yang indah melebihi Senandung di Atas Roda Besi. Saya Cinta KRL, karena saya cinta Indonesia *I LOVE INDONESIA*


Ini dia video suasana di Kereta jika sedang hujan



0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting