Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita beridul fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira
Berjabatan tangan sambil bermaaf - maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebaran
Berjabatan tangan sambil bermaaf - maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebara
Sebelumnya mohon maaf bagi para pembaca setia blog saya yah, semoga ada keikhlasan untuk saling maaf memaafkan
Lebaran telah tiba, takbir berkumandang bertanda hari kemenangan telah diraih setelah satu bulan lamanya berpuasa menggema di seluruh dunia. Seluruh Umat Islam di dunia menyambut kefitriannya dengan suka cita, berkumpul, bersilaturahmi ke seleuruh dari satu pintu ke pintu lain, dari tangan satu ke tangan lain, semua saling memaafkan dengan penuh suka cita.
Pagi itu saya kurag beruntung di lebaran kali ini, datang bulan melanda, walhasil tak sampai hati meninggalkan Shalat Ied. Terdengar teriakan dari ruang tamu " Kakak, molor mulu, entar ayah selesai shalat kamu belum bangun lagi!!!" Ya itu alarm saya, ups itu suara ibu. Dengan nyawa setengah sadar saya baru ingat mimpi panjang saya harus terhenti karena ini HARI RAYA IDUL FITRI. Dengan mata setengah meram saya bergegas ke kamar mandi. Pukul 08:00 waktu rumah, yah jangan sampe ayah kelar shalat saya belum kelar mandi (ucap batin saya).
Yippi
Waktunya berhias, ya ibu mulai ngomel nyuruh saya untuk dandan, maklum saya gak pernanh dandan mau nyisir rambut dan pake bedak saja sudah kejadian luar biasa bagi ibu saya Dengan polesan bedak dan sedikir blush on saya mendandani diri saya. Ya, ayahpun sudah selesai shalat, setibanya di rumah ibu langsung memeluk ayah menangis dan meminta maaf, demikan dengan saya, peluk dan kata maaf berbalut tangis. Berharap dosa saya bisa termaafkan dan tidak diulangi lagi.
Bergegas mengelilingi kampung. Ya kampung, karena rumah saya bukan di kawasan perumahan elit. Maaf memaafkan, yang terpenting bagi saya adalah mengenal tentangga, karena saya termasuk anak yang kuper dan jarang keluar rumah untuk bersosialisasi.
Suasana sedih saat kami mengunjung rumah salah satu keluarga kami yang sekaligus sahabat ayah dalam bertukar pendapat mengenai agama, Pak Mushal namanya. Beliau sudah meninggal satu tahun yang lalu. Masih teringat jelas dipikiran saya lebaran thun kemarin ayah berujar tanpa arti " Mudah-mudahan kita bisa keemu lagi di lebaran tahun depan ya Cang (panggilan Paman dalam keluarga betawi)", tapi faktanya tidak, air mata ayah pun jatuh dan ayah tidak berlama-lama di dalam, tidak kuat katanya menahan rindu. Sedikit cerita, sore sebelum Pak Mushal meninggal beliau sempat menegor saya sehabis pulang sekolah. Tak banyak bicara seperti hari sebelumnya, mukanya menguning dan pucat. Tak disangka keesokan harinya setelah beliau shalat tahajud, beliau ditemukan sudah tak bernyawa. Subhanallah, semoga ada Syurga dan kebaikan di alam kubur bagi ahli ibadah seperti beliau.
Kembali ke lebaran.
Setelah selesai berkeliling kampung ke rumah beberapa saudara, dan tetangga kami kembali ke rumah. Saya hanya bisa menunggu dijemput tante saya yang paling kecil yang seumuran dengan saya. Maklum keluarga kami lebih memilih keliling keluarga terdekat denga naik sepeda motor, namun sayangnya saya tidak bisa naik motor, jadi saya harus menunggu sukarelawan dari keluarga saya untuk mau membawakan motor saya.
Setibanya di rumah abi, saya tidak bisa membendung air mata. Saya hampiri abi yang sedang duduk di bangku kusulnya. Saya peluk dan asaya cium. Tidak seperti biasa saya seperti ini, berhara dalam doa saya ini tidak menjadi lebaran terakhir bersama beliau. Saya pun masuk menemui nenek saya yang sedang menikmati ketupat, saya lakukan hal yang sama. Jelas saat itu nenek pun tidak bisa menahan tangis. Nenek tertunduk sambil menghapus air matanya. Saya dinginkan suasana dengan berceloteh sambil menyendok ketupat yang sudah disediakan. Ya nenek saya selalu membuatkan ke 11 anaknya yang masih tersisa ketupat di hari lebaran. Ini dia sayur ketupat sepanjang masa yang tidak pernah bisa saya gantikan posisinya di lidah dan hati saya.
Setelah puas melahap ketupat, saya hampiri seluruh keluarga saya mulai encang, encing yang sudah berkumpul di rumah abi. Sekailan maafan sekalian mengharapkan jatah salam templok. Yah jatah salam temploknya berkurang, alasannya ya karena saya sudah besar jadi saya hanya diberi jatah dari encang dan mamang (panggilan adek lelaki ibu), dan encing (panggilan adeik perempuan ibu) 20.000-50.000 padahal dulu rata-rata memberi saya uang Rp 50.000,-.
Setelah semua kumpul, dengan seragam merah membabi buta kami keliling ke rumah kakaknya nenek. Jaraknya tidak terlalu jauh, ada kejadian lucu saat hendak kerumah HJ.Mursanih Kakaknya nenek, kami harus menyebrang kali sambil ada beberapa sepupu saya yang menenteng sepatunya takut kecebur. Maklum keadaan jembatanya sudah reot, hanya terbuat dari beberapa susun papan kayu. Kocak, karena kami keluarga besar, jadi berasa seperti sedang mengantre tiket kereta api.
Setelah seluruh saudara nenek terjamak (jialeeelah), kami mengakhiri perjalanan keliling kami di rumah Encang H. Dimyati, Kakak tertua ketianya ibu. Seperti tahun ke tahun Encang aji sebutan kami selalau membuatkan kami masakan Entok bumbu kuning yang super pedas. Di sini kami bercengkrama, sesekali teriak "ENCAAANG MANA JATAH LEBARAN" hahaha.
Hampir satu jam kami di sini, karena lebaran tahun ini hari Jumat, jadi kami memutuskan untuk menyelesaikan road show keliling kampung di hari pertama lebaran kami. Saatnya open house di rumah abi. Bagaimana dengan lebaran kalian???
Galeri Foto
0 comments:
Posting Komentar
Please leave a comment if you have critics for me