Sabtu, 04 September 2010

Buku Harian Seorang Ibu

selamat membaca

Ibu adalah gambaran dari kesempurnaan hidup seorang wanita. Tuhan menciptakan banyak anugerah untuk seorang mahluknya bernama ibu. Setiap anak memiliki pandangan tersendiri mengenai gambaran sebuah kebanggaan yang terdedikasikan untuk ibunya. Melalui tulisan ini saya adalah satu dari ribuan anak yang mendedikasikan diri untuk mengindahkan kesempurnaan seorang wanita yang disebut IBU MySpace

Lahir 37 tahun silam di tengah keluarga yang religius sebagai anak ke sebelas dari tujuh belas bersaudara, Nazwa HM namanya. Ya, beliau adalah ibuku, ibu yang melahirkanku 17 tahun silam MySpace.

Aku mengenal ibuku lebih dari sekedar seorang ibu yang sabar, cerdas, baik, kuat, dan shalehah MySpace. Ya setiap anak berhak menilai ibunya masing-masing termasuk diriku. Ibuku terlahir sebagai seorang gadis sederhana yang memiliki kelebihan hati menerima kesederhanaannya dengan penuh keikhlasan.

Banyak cerita tentang dirinya, dan aku bersyukur semua cerita yang aku dengar selalu cerita yang baik tentang dirinya. Ibuku beranjak dewasa, tak seperti wanita kebanyakan seusianya ibu hanya seorang wanita biasa, yang memiliki kecantikan dan kecerdasn luar biasa. Tak seperti diriku yang bawel dan sulit diatur, ibuku sangat pendiam dan disiplin.

Kembang desa, itulah julukan untuk ibuku saat itu. Saat teman sebayanya sudah berkali-kali berganti pasangan, ibu saat itu lebih memilih setia bersama kekasihnya bernama DUSTUR, sudah tiga tahun ibu menjalin hubungannya. Diam-diam menjalin hubungan di belakang keluarga. Ya Abi (kakekku) memang sangat menentang istilah pacaran, terlebih pacar ibuku masih saudara dekat keluarga kami. Dimanapun kaki ibu melangkah, pasti selalu ada kakak kesayangannya yang selalu menjaganya bahkan lebih dari menjaga dirinya. Najmudin nama kakaknya, beliau adalah pamanku yang sudah sepuluh tahun beranjak meninggalkan kami ke keharibaan Allah SWT.

Saat itu ibuku sudah berhasil menyelesaikan sekolah tingkat SMA, tidak hanya itu beliau juga berhasil mendapatkan beasiswa untuk bersekolah ke Al-Azhar-Chairo. Keluarga kami memang mengagungkan negeri tersebut, entahlah. Pikiran kedewasaan ibuku sangat diuji pada saat itu, ibu lebih memilih untuk bekerja mengajar ketimbang melanjutkan pendidikannya, semua beliau lakukan karena beliau ingin melihat adik-adiknya yang mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Ibuku lulus SMA di usiannya yang masih relatif muda, 16 tahun. Setahun kemudian ibu dinikahkan oleh seorang lelaki yang usianya 15 tahun lebih muda Muharam namanya. Beliau adalah ayahku, dengan penuh keikhlasan melepaskan hubungan yang sudah empat tahun dibina, perlahan ibuku belajar untuk mencintai ayahku.

Enam bulan setelah pernikahan, ibuku dikarunia seorang anak perempuan bernama Lily Fauziah Muharam. Ya dialah aku. Aku beruntung Allah menitipkanku di dalam rahim seorang wanita yang begitu kuat.

Sejak usiaku beranjak dua tahun, ibu harus hidup sebagai single parent. Bukan menjanda memang, tetapi ibuku merwatku sendiri karena ayah harus meninggalkan kami untuk melanjutkan pendidikannya di negeri Sakura.

Saat itu ibuku masih tinggal bersama kakekku. Dengan kesabaran penuh beliau mengabdikan diri untuk merawatku. Tidak seperti ibu lain, ibuku tidak pernah mengizinkan siapa pun menggendongku, sampai oarang disekelilingnya heran mengapa ibuku seperti itu.

Ibu selalu berkata padaku yang saat ini sudah hampir beranjak dewasa, bahwa ibu tidak akan ikhlas membiarkanku disentuh lelaki manapun, karena ibuku sudah mati-matian menjagaku.

Aku tahu, ada kesedihan yang tersimpan di balik senyum ibuku selama beliau jauh dari ayah. Rasa cemas akan kesetian suami tentu menjadi ujian terbesar, aku masih ingat setiap kali kami harus melawati lebaran tanpa ayah di tengah kami. Ibu selalu duduk di kamar setelah bersalaman dengan orangtuanya, menghapus air matanya ketika ibu mengetahui aku mengamatinya dari jauh.

Ada satu kejadian yang saat ini masih teringat di ubun-ubunku, nyangsrang di perjalanan hidupku sebagai anak manusia. Ibu sangat marah ketika aku mengulur waktu shalat, aku masih ingat saat itu usiaku baru beranjak empat tahun dan duduk di banku TK 0 besar. Semua orang pasti setuju, belum ada kewajiban untuk anak sekecil itu shalat. Saat itu aku sedang asik menonton kartun kesukaanku, ibu menyuruhku untuk shalat magrib. Tiga kali panggilan ibuku tak ku hiraukan, sampai akhirnya ibuku menyeretku ke kamar mandi, dan langsung mengguyurku dengan air bergayung-gayung. Di benakku saat itu ibuku jahatMySpace, tapi sekarang aku merasakan ibuku sangat baik telah mengingatkan aku bahwa ibadah shalat adalah milik semua umat islam tanpa terkecuali.

Orang-orang menyebutku sebagai anak paling beruntung. Bagaimana tidak, meski jauh dari ayah, ayah selalu mengirimku banyak mainan dari Jepang. Di atas tangan apik ibuku, sampai saat ini berkarung-karung mainanku masih tersimpan di guadang rumah nenekku. Ibu tidak ingin menjual, apalagi membuangnya, bagiku itu adalah hakku mengenang masa kecilku.

Aku sering melihat dalam setiap sujudnya sampai saat ini selalu menangis di tegah doannya. Entahlah, apa yang tersirat di dalam doanya, tapi aku hanya bisa menangkap ada keikhlasan di dalam doanya. Ibuku juga seorang istri yang taat pada suami. Setiap kali ada ayah di rumah ibu selalu izin meski hanya untuk ke warung yang jaraknya hanya lima meter dari rumah kami.

Dulu keadaan ekonomi keluarga kami sangat berlimpah, sampai pada suatu saat rekan kerja ayahku menggunakan ilmu hitam untuk mengahncurkan keuangan kami. Perlahan ibuku disiksa, sampai aku sempat membaca buku hariannya yang berisi kalimat-kalimat yang begitu mebuatku sesak

" Ya Rabb, jika sampai aku tak diberi kesempatan untuk melihat peri kecilku bahagia dengan pendampingnya kelak, izinkan aku melihatnya dalam desahan nafas terakhirku, mendengarkan suaranya menuntunku menyebut asma-Mu di tengah perjuanganku menyambut sakaratul maut. Aku paham saat ini aku tidak bisa menjadi istri yang sempurna, yang bisa melayani suamiku lahir batin. Kuikhlaskan hatiku, dan cintaku untuk perempuan lain, asal suamiku menikahi perempuan yang sekiranya memiliki cinta yang sama seperti cintaku pada anakku. Jika Engkau masih memberiku kesempatan untuk hidup, bantulah aku menjadi istri yang setia di tengah kehancuran suamiku, jadikanlah aku istri yang kuat di tengah kelemahan anak dan suamiku."MySpace

Maafkan aku ibu, yang sudah lalai membaca goresan kepedihanmu, di buku kecilmu yang kau simpan rapih dariku dan ayah.

Tulisan itu begitu terekam jelas merasuk di peredaran darahku saat ini, betapa tidak ada seorang istri yang rela dimadu. Ayahku memang sosok setia, yang mewakili kecintaannya hanya untuk kami. Beruntunglah ibuku. Aku pun tahu satu persatu kepedihan ibuku, melalui buku hariannya aku banyak belajar berbagai hal terutama "TAK MUDAH MENJADI SEORANG IBU"MySpace

Menjadi seorang ibu adalah keikhlasan. Keikhlasan menerima kodrat untuk selalu mengalah demi anak, keikhlasan untuk memaafkan walaupun anaknya sering menyakitinya, dan keihlasan untuk menjadi yang terindah demi anaknya meski perih kadang tak terbendung.

Ibu, semoga kelak aku bisa menjadi yang lebih baik darimu.
Kelemahanmu adalah kelebihanmu untuk selalu aku cintai dan kusanjungi,
Tak ada hal terindah di hidupku selain aku memiliki mu,MySpace MySpace

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting