Jumat, 16 Juli 2010

Siapa bilang wanita gak boleh punya pendidikan yang tinggi?

selamat membaca
Ada pepatah kuno yang mengatakan bahwa “Untuk apa wanita sekolah tinggi-tinggi kalo akhirnya dia pasti di dapur.” Pepatah itu sering saya dengar, bahkan terkadang saya mendengar itu dari mulut ibu saya sendiri. Beliau mempunyai pandangan yang berbeda dengan ayah, yang memang menyarankan saya untuk menyelesaikan pendidikan saya sampai gelar master atau setara dengan S2.

Pepatah itu pun ternyata sering saya dengar dari mulut beberapa orang yang saya rasa itu hak mereka untu menilai suatu kasus. Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang menentang pepatah kuno tersebut. Bukan tanpa alasan saya berbicara seperti itu, dan bukan karena mimpi saya pula yang mengantarkan saya pada satu persepsi yang berbeda dengan pepatah di atas.

Saat ini saya memang terlalu dini untuk berbicara masalah keinginan saya untuk menyelesaikan pendidikan saya sampai S2, karena saat ini saya pun masih duduk di salah satu politeknik negeri dan baru memasuki semester tiga, waktu yang masih sangat lama untuk memikirkan jenjang pendidikan berikutnya karena masih ada enam semester lagi yang harus saya hadapi untuk menyelesaikan DVI saya. Saya selalu berpegang pada prinsip saya bahwa mimpi saya hari ini harus saya wujudkan dengan semangat dan kerja keras untuk meraihnya, bisa atau tidak itu urusan belakangan yang terpenting saya sudah merancang semua mimpi saya.

Kembali lagi pada permasalahan bahwa wanita tidak seharusnya mengambil pendidikan yang terlalu tinggi, karena ujung-ujungnya pasti di dapur. Di era globalisasi yang sudah sangat menjunjung tinggi terhadap emansipasi wanita, wanita justru dituntut untuk lebih cerdas dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari wanita di era sebelumnya. Terlebih Indonesia yang sudah bergabung untunk meyetujui kebijakan AFTA (Asean Free Trade Area) , jelas wanita cerdas dan berwawasan dituntut karena pasti sedikit banyak memiliki kekuatan untuk menghargai dirinya serta dihargai dalam persaingan tersebut.

Kedua adalah perihal menuntut ilmu bukan perihal dunia semata. Dalam agama manapun pasti mengajarkan umatnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sampai ajal tiba. Orang dengan pendidikan tinggi belum tentu bahagia di dunia, belum tentu mendapatkan harta yang berlimpah di dunia. Pahamilah bahwa jalan hidup seseorang sudah tercipta jauh sebelum dia lahir, kekayaan di dunia hanyalah sebuah peruntungan nasip, tapi percaya bahwa peruntungan di akhirat akan terselamatkan dengan ilmu yang bermanfaat.

Ketiga adalah wanita akan cenderung lebih dekat dengan anak kelak dia menjadi seorang ibu rumah tangga, sesibuk apa pun itu seorang wanita kodratnya adalah akan lebih dibutuhkan oleh seorang anak. Ingatkan kembali memori anda sewaktu anda kecil dulu, pernahkah kalian bertanya tentang satu pertanyaan kepada ibu anda, dan ibu anda tidak dapat menjawabnya, apa yang saat itu terlintas di pikiran anda? Pasti jujur dalam hati anda, anda akan berkata “Huh payah nih ibu, masa gak bisa jawab.” Sadarkah anda bahwa di usia anda yang masih terbilang kecil anda sudah dapat menilai bahwa ilmu itu penting khusus untuk perempuan, sebagai perempuan masihkah anda mau menjadi seorang ibu yang dianggap payah oleh anaknya karena tidak bisa membantu mereka menjawab pertanyaan mereka?.

Yah, tulisan ini hanya opini saya, hanya untuk sekedar mengungkapkan kejenuhan saya terhadap orang-orang yang menganggap lemah wanita dari sisi pendidikan. Mau atau tidak anda meraih pendidikan yang lebih tinggi, itu adalah pilihan. Yang terpenting lakukan yang terbaik di sisa unmur anda, yang terbaik adalah dengan beriibadah dengan cara belajar apa pun itu.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting