Rabu, 08 September 2010

Rangkaian kesedihan di Selasa (hahaha lebai)

selamat membaca

Selasa 20 Juli 2010


Pagi itu saya bangun sepert biasa pukul 5 pagi.  Setelah selesai menunaikan shalat subuh saya langsung bergegas ke dapur untuk sarapan dengan beberapa lembar roti tawar yang saya isi dengan selai srikaya.  Setelah puas melahap roti tersebut, mata saya rasanya seperti disapu-sapu, ngantuk sekali maklum saya baru tidur malamnya pukul 2 pagi.  Saat itu antara tidur atau tidak menjadi kecamuk dalam diri saya, pasalnya saya harus rapat untuk acara kampus tepat pukul 10 pagi.  Kalo saya tidur saya pasti pusing karena hanya tidur satu jam, pukul 8 saya harus sudah berada di stasiun.  Yah rasa ngantuk itu sudah tidak terbendung, walhasil saya tidur di bangku yang ada di ruang TV.  Pukul 07:30 saya terbangun, namun saya kemabali tidur lagi.  Wah kaget saya saat melihat jam menunjukan pikul 8 pagi.  Saya bergegas mandi, hanya mandi bebek asal sabunan dan sikat gigi sudah cukuplah.

Nah disinilah kesialan mulai menimpa, tapi saya tidak mau menyebutnya kesialan hanya mungkin sedikit ketidak beruntungan.

Di jalan saya mendapat sms dari Anjani teman sekelas saya yang menitip pulsa untuk saya, kebetulan pulsa saya juga abis.  Baiklah pulsa sudah di tangan, tapi sialnya vocer yang saya beli ternyata tidak dapat digunakan sampai hari ini Rabu, 21 Juli 2010 !!! Saya menggunakan ekonomi AC tujuan Jakarta Kota, Perjalanan tadinya lancar, tetapi di stasiun Cipinang saya dan penumpang lainnya harus menunggu selama 15 menit karena ada kereta yang alih jadual.  Yah rasanya sudah dek-dekan saja pasalnya banyak kecelakaan kereta akibat jadual, saya duduk di gerbong paling depan lagi.

Setelah menunggu selama 15 menit, keretapun akhirnya diberangkatkan, dan tau apa? ternyata kitapun harus menunggu selama 20 menit di Stasiun Rajawali karena kereta harus menunggu sinyal aman sampai kereta barang yang ada di Stasiun Kota selesai bongkar muat.  Saat itu waktu menunjukan pukul 10:30 itu tandanya saya sudah telat 30 menit.  Pandangan saya mulai mengarah ke ruang kabin masinis saat beberapa orang yang tidak sabar dan memarahi masinis dan awak kereta lainnya yang ada di dalam, dari gerak mulutnya saya bisa menangkap bahwa masinis berkata kita harus menunggu sinyal aman, tapi penumpang tadi tidak mendengarkan dan malah meninggalkan kabin masinis dengan muka yang sangat sangar.  Rasanya saat itu saya ingin berteriak sekencang-kencangnya di telinga orang tersebut dengan kalimat.

"WOOOOY INI REL, REL BERSAMA!! MAU SELAMAT APA MAU CEPAT TAPI SEKARAT!!!"

Saya paham semua orang yang berada di kereta itu ingin cepat sampai, mungkin sama seperti saya ada yang dikejar waktu untuk hal penting, tapi kita tidak boleh seenaknya mengatur perjalanan.  Akhirnya perjalanan pun dilanjutkan, saya melihat rangkaian gerbong KAI Ekonomi tujuan Bogor, sepertinya akan segera diberangkatkan.  Saya langsung bergegas menuju loket, ah ternyata ada bapak-bapak yang hendak menukar tiket tetapi pake emosi dan memakan waktu banyak.  Dalam hati saya sudah bersumpah serapah jika saya harus ketinggalan kereta gara-gara bapak ini liat saja, suara aspek aman bertanda kereta hendak diberangkatkan pun terdengar.  Tiket sudah ditangan dan saya berlari sekencang-kencangnya menuju peron 12, tempat kereta itu berada.  Kereta sudah agak sedikit bergerak, akhirnya tergapai juga tiang pegangan yang ada di gerbong paling akhir.

Huah telinga saya bising tidak karuan, bahkan suara earphone yang saya pasang tidak terdengar meski volumenya sudah full, suara gesekan roda kereta dengan rel lebih kuat.  Perjalanan sedikit terhambat, ya mata saya terus melirik ke arah bapak-bapak yang duduk persis di samping saya, kelimpungan dan kotarkatir rasanya mulut saya, bagaimana tidak jarum jam menunjukan pukul 11:25 inu artinya sudah hampir mendekati pukul 12 teng.  "Yah bisa-bisa rapatnya udah kelar ini" itu adalah kata-kata yang selalu terucap sepanjang perjalanan.

Ketika berada di Stasiun Cawang ada bapak tua yang renta berjalan menyusuri gerbong, hanya kantong keresek bekas permen, dan kerincingan yang sering dimainkan anak-anak yang menemaninya.  Entahlah, lagi-lagi di ujung mata saya terselip gumpalan air mata, yang saya ingat saat itu adalah almarhum kakek saya yang sudah empat tahun pergi, saya ambil beberapa lembar uang ribuan dari tas saya, saya menyadari beberapa orang melihat ke arah saya yang sedang berusaha menahan tangis.  Saya bergegas bangkit dari tempat duduk saya dan memilih pindah ke gerbong depan, gerbong demi gerbong saya lalui tapi tidak ada yang kosong, yah saya harus mengeluarkan jurus jitu saya ketika tidak kebagian tempat duduk di kereta.  Jurus jitunya adalah duduk di depan lelaki sambil memasang tampang kelelahan, dan ya tidak berapa lama ada lelaki yang masih muda menawari saya duduk, senangnya.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting