Minggu, 25 Juli 2010

Hari Penuh Kisah

selamat membaca

Pagi di libur saya kali ini agak sedikit berbeda, dengan mata masih kecut saya bergegas ke kamar mandi, kesandung ini itu karen memang saya masih setengah sadar dari bangun yang masih terhinggapi kantuk yang teramat sangat.  Pagi ini saya ingin mencoba hal yang berbeda di liburan saya, jika sewaktu kecil liburan yang saya ceritakan adalah tentang berlibur ke rumah nenek, sekarang saya ingin bercerita tentang berlibur ke kantor ayah.

Hari ini memang hari Sabtu, hai dimana beberapa pekerja menikmati masa liburan di akhir pekan, namun nasib ayah saya tidak bercerita demikian.  Permintaan yang melunjak menjelang lebaran atas kendaraan roda empat tempat beliau bekerja menuntutnya harus bekerja di akhir pekan sekalipun.  Kami berangkat dari rumah pukul 06:00, agak santai memang bekerja di akhir pekan karena ayah saya bisa masuk di atas pukul 07:00.

Lokasi tempat ayah bekerja berada cukup jauh dari rumah sekitar dua jam perjalanan, namun saat akhir pekan masih bisa tertolong karena bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja.  Sampailah saya di tempat ayah saya bekerja, ayah menyruh saya untuk masuk telebih dahulu ke ruangannya, sementara beliau harus mengawasi beberapa karyawan yang sedang memproduksi beberapa aksesoris kendaraan beroda empat.

Ruangan ayah saya cukup baik, tapi agak sedikit berantakan dengan tumpukan laporan.  Sambil menunggu perintah dari ayah, saya merapihkan meja yang hampir tertutup dengan tumpukan laporan.  Selain tumpukan laporan, ada seperangkat dekstop dengan hiasan foto keluarga kami yang terpampang di atas CPU.  Tidak hanya itu, ternyata ayah pun tetap membawa Al-Quran dan tsbih kecil pemberianku.  Senang rasanya, meski sibuk bekerja ayah masih sempat beribadah.

Tak lama kemudian ayah datang, dan datang pula tugas-tugas saya.    Ternyata tumpukan laporan tadi merupakan data mentah yang harus diinput segera, (astaga kalo kalian tau itu banyak banget, kalo dikiloin bisa dapet piring selosin).  Yang saya kerjakan adalah laporan produksi sepanjang bulan Juni-Juli.  Entahlah ada beapa lembar laporan tersebut, saking tebalnya saya sampai geleng-geleng kepala.

Baiklah saatnya mulai untuk bekerja setlah mendapatkan penjelasan mengenai apa saja yang harus saya kerjakan.  Baru menginput data sekitar 20 halaman leher saya sangat pegal, padahal jika online depan Booby laptop saya sangat tidak ada beban.  Tidak berapa lama seseorang masuk mengantarkan secangkir teh hangat, saya perhatikan dari atas sampai bawah.  Ya, namaya Pak Wirman beliau office boy di tempat ayah saya bekerja.  Ayah sering bercerita betapa baiknya beliau, dan betapa kuatnya beliau menghadapi hidupnya.

Saya pun meyeruput secangkir teh yang tidak terlalu manis di lidah saya.  Jam menunjukan pukul 10:00,  lelah sangat rasanya, sementara laporan yang lain masih menuggu saya.  Rasa kantuk bukan kepalang yang saya rasa, ditambah ayah meninggalkan saya sendiri karena beliau harus pergi bersama temannya mengunjung pameran Internasion Motor Show, tidak lama memang beliau pergi (hadeeeh padahal lama banget).

Sejenak istirahat sambil membaca laporan yang belum kelar saya kerjakan, wah saat itu saya merasakan kesegaran tersendiri saat saya melihat angka produksi kendaraan beroda empat ini sepanjang bulan Juni-Juli.  Bayangkan ayah saya bekerja diperusahaan mobil T dan di perusahaan ini ada beberapa merk mobil, dan satu mobil itu perhari diproduksi sebanyak 250 unit, dan hanya untuk pasokan wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.  Jika ada 5 merek mobil maka perhari yang ada 1250 unit yang keluar, dan kalikan lagi selama satu bulan berapa angkanya?  Fantastis bukan? Belum ditambah dari perusahaan mobil lainnya.  Saat itu yang ada di benak saya "Pantes Indonesia nambah sempit, orang kaya di Indonesia berarti banyak juga."

Leher saya rasanya hampir putus, badan remuk seperti diinjak gajah
(sok tau kayak udah pernah aja).
  -Hadehhh baru ayak gini aja udah ngeluh- 

Saat itu saya berpikir bahwa bekerja itu tidak segampang yang saya pikirkan, demi mencari sesuap nasi seorang ayah harus bekera mati-matian.  Rasanya saat itu saya seperti ditampar monyet (kayak udah pernah nyobain ceritanya), saya sering mengahabiskan uang ayah begitu saja, kadang seenaknya memanfaatkan fasilitas untu kuliah yang sudah ayah beri. 

(Maafin kakak ayah)

Makan siang pun tiba, jatah makan siang pun diantar, astaga lauknya benar-benar membuat saya sesak nafas.
(Nasinya dekil, telor baladonya pake saos yang seribuan segudang, tahu sama bakwannya udah letoy, hadeeh mending beli di warteg deket kostan)
Tapi saya harus bersyukur, ayah saya saja bisa makan seperti ini mengapa saya tidak. 

Lama sekali ayah saya, dan benar saja ayah baru sampai kantor pukul 15:00, setelah itu ayah entah berantah kembali (ngayab mulu nih aki-aki haha).

Pukul 16:00 kami bergegas pulang, karena jam kerja sudah selesai.  Shalat ashar, beres-beres ruangan dan ya ternyata ayah saya mengajak saya keliling ke beberapa tempat makan di wilayah Bekasi.  Senangnya, sudah lama rasanya saya tidak seperti ini, bisa bertemu dengan ayah seminggu tiga kali saja saya sudah sangat senang.  Saya keliling ke beberapa wilayah di Bekasi (gak tau namanya apa aja daerahnya), seperti orang norak rasanya, maklum saya tidak tahu daerah Bekasi meski saya berdomisili bahkan ibu saya asli orang Bekasi.

Seperti orang kesurupan saya tadi sore, memasan banyak makanan dan ya semuanya habis dalam sekejap.  Ayah hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala.  Adzan Magrib tiba, kami merapat sebentar di Masjid pinggir jalan, setelah menunaikan shalat Magrib kami langsung kembali ke rumah.

Saat ini saya hanya bisa mengucap syukur, indah sekali rasanya hari ini.  Thanks Ya Rabb, keberkahan atas nikmat-Mu hari ini hamba bisa belajar banyak hal, terutama belajar menghargai uang.  Thanks ayah, aku pasti bisa jadi ayah bahkan lebih.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting