Senin, 19 Juli 2010

Gila Nulis Karena Kesendirian

selamat membaca

Menulis buat saya bukan sekedar tanpa alasan, bagi saya menulis adalah teman saya sepanjang hayat.  Terlahir sebagai anak tunggal memang dianggap sangat beruntung oleh sebagian orang, tapi seandainya saya bisa dilahirkan kembali saya ingin terlahir menjadi anak ke dua dan memiliki kakak lelaki.  Saya tipe orang anak yang pada awalnya sangat pemalu dan tidak percaya diri, berkat asuhan dari tangan dingin wali kelas saya Pak Tunarso, saya mulai berani tampil di depan umum, mengembangkan kepercaya diriaan saya saat saya duduk di bangku kelas enam SD.

Semakin hari rasa percaya diri saya semakin bertambah, saking bertambahnya sampai diberi julukan BANCI TAMPIL.  Meski demikian, saya bukan tipe orang yang gampang mengungkapkan perasaan saya terlebih ketika saya sedang sedih.  Saking hyperaktif dan selalu ceria banyak orang yang berkata bahwa saya adalah MAHLUK TANPA BEBAN.  Mungkin karena saya terlahir sebagai anak tunggal makanya saya lebih senang menyimpan semua sendiri, sebenarnya tidak sendiri saya memiliki sahabat sejati yakni si PULPEN dan si KERTAS.

Sejak saya SD tepatnya saat duduk di kelas 2 SD, saya memiliki buku diary, setiap kali diajak ke pusat perbelanjaan oleh ibu saya pasti ada saja buku diary dengan model yang unik saya beli.  Sampai sekarang buku-buku diary itu masih tersimpan apih di kardus kamar saya.  Saya mulai berhenti menulis diary sejak saya duduk di kelas 3 SMA, tepatnya sejak saya memiliki teman baru saya BOOBY, laptop kesayangan saya.  Sesekali saya membuka diary-diary tersebut, ada delapan diary yang saya miliki.  Diary tersebut terkadang membuat saya merasa sedang membaca buku humor, yah saya mentertawi kisah-kisah unik di dalamnya sambil sesekali menekukkan alis karena tidak mengerti dengan tulisan saya, maklum tulisan saya sangat jelek dan tidak rapih.

Otak saya pun bisa dikatakan tidak seimbang, karena saya tidak memiliki naluri seni yang tinggi.  Saya tidak bisa mengekspresikan apa yang saya rasa melalui musik dan gambar.  Saya bisa menyanyi dan cukup bagus tapi saya tidak bisa bermain alat musik, satu-satunya alat musik yang bisa saya mainkan hanyalah PIANIKA, saya pun tidak bisa menggambar dengan bagus, paling bagus saya gambar animasi jepang, itu juga saya harus menghabiskan berlembar-lembar kertas baru bisa jadi dan tidak terlalu bagus juga.  Satu-satunya naluri seni yang saya miliki hanyalah MENULIS.  Bagi saya bahkan mungkin beberapa pecinta menulis, menulis adalah seni.  Seni memilih kata, merangkai kalimat, dan meemadupadankan agar enak untuk dibaca.

Awal kecintaan saya pada menulis di mulai saat saya duduk di kelas 2 SD.  Saat itu saya baru pindah rumah di kawasan Pulomas-Jakarta Timur.  Pertama kali masuk sekolah, wali kelas saya memerintahkan kepada seluruh muridnya untuk membuat satu karangan bebas bertemakan liburan.  Saat itu saya bengong bingung tidak kepalang, saya bingung apa yang harus saya tulis karena liburan saya hanya diisi dengan sibuk les bahasa inggris.  Ibu saya memang sudah mendaftarkan saya les bahasa Inggris sejak saya duduk di kelas 2 SD.  Saat itu yang ada dipikiran saya yang namanya liburan adalah bersenang-senang bersama keluarga bukan belajar.  Sejak saya berumur 2 tahun ayah saya sudah berada di Jepang untuk bekerja sekaligus mengejar studynya.  Ayah saya bukan orang kaya memang yang bisa bersekolah jauh hingga ke negeri fuji, yah ayah saya mendapatkan beasiswa dari tempatnya bekerja. 

Saya hanya hidup berdua dengan ibu saya, setiap kali ayah pulang ke Indonesia setiap kali pula saya harus siap pindah rumah karena ayah saya pasti dipindah tugaskan.  Saat saya disuruh membuat karangan itu saya hanya menulis bahwa liburan saya berlibur ke rumah nenek (karangan andalan anak-anak).  Padahal rumah saya dan rumah nenek saya tidak jauh, nenek saya ada di Bekasi.  Dengan penuh khayalan tinggi saya terus bercerita, yang saya tulis keindahan alam pedesaan yang asri, melakukan kegiatan ala penduduk desa.  Padahal liburan saya saat itu hanya diisi dengan les, les, dan les.

Entahlah saat itu saya mendapatkan nilai tertinggi di kelas, karangan saya diberi nilai 85.  Bukan hanya itu, sejak saya kelas 1 SD entah mengapa saya selalu mendapatkan nilai yang baik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih ingat di benak saya saat teman-teman kelas saya memberikan tepukan yang meriah karena say berhasil mendapatkan nilai sempurna yakni 100 untuk hasil ulangan umum di caturwulan 3 (semester genap).

Saat saya ulangtahun yang ke enam, kira-kira pertengahan caturwulan dua di kelas dua, ibu memberikan saya kado buku diary.  Sejak saat itu saya mulai suka dengan menulis, terlebih saat saya sedang merasa kesepian dan rindu sang ayah.  Entahlah, saya tidak berani meneteskan ai mata bahkan untuk berkata saya rindu ayah di hadapan ibu saya sendiri.  Karena saya pun sudah cukup mengerti pada saat itu bahwa ibu saya pasti merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan.  Merawat seorang anak sendiri itu memang tidak mudah, sejak saya kecil ibu hanya di bantu kakek saya yang senantiasa mendidik saya untuk menjadi anak yang baik.

Kecintaan saya terhadap menulis pun diimbangi dengan kecintaan saya terhadap membaca.  Tapi saya tidak suka membaca cerpen, maupun novel remaja.  Maka wajar teman-teman saya memberi saya julukan Pak Gusdur.  Saya sangat suka membaca buku-buku berat, seperti buku politik, hikum, sejarah, sekalinya saya menyukai novel hanya dua nama pengarang yang novelnya saya sukai yakni Kahlil Gibran dan Pramoedia Ananta Toer.  Julukan Gusdur pun saya dapat karena saya sering tidur di kelas saat guru sedang menjelaskan, tapi meski saya sudah terlelap tidur anehnya saat ada guru yang bertanya saya pasti nyambung untuk menjawabnya.

Kecintaan saya menuli pun sampai sekarang saya rasakan manfaatnya.  Terlebih jika ada dosen yang memberikan kebebasan bagi muridnya untuk menjawab pertanyaan yang diberi dengan ide pemikiran sendiri., tentu jawabanya juga harus sinkron dan bukan sekedar asal menulis.

Percaya deh, sebaik-baiknya penyimpan rahasia kalian adalah dengan kalian bercerita pada Tuhan kalian, dan dengan cara mengungkapkan dengan penuh keekspresifan yang kalian miliki.  Kalo saya dengan cara menulis, bagaimana dengan anda?

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting