Sabtu, 20 Februari 2010

satu semangat untuk ayah


selamat membaca

Di Pondok Kecil
Album : Munsyid : Nadamurnihttp://liriknasyid.com

Dipondok kecil di pantai ombak

berbuih putih beralun-alun

disuatu hari ayah berkata

jaga adik mu ayahkan pergi jauh

ku pandang wajah ayah dahinya ku cium

air mata mengalir hatiku pilu

diam-diamlah sayang jangan menangis doakan ayah semoga diterima

diam adik ku sayang jangan menangis

andai ayah gugur doakan dia syahid

selamat berjuangan ayah tercinta

kau pergi dulu ayah ke medan juang

ku iringi doa moga berjaya

beroleh kemenangan demi agama Islam

wahai abang ku kemana ayah ku sayang ayah ku cinta ayah

duhai adik ku sayang jangan bersedih ayah mu pergi menyambut seruan Ilahi

tapi ingatlah adik ku pesanan ayah

berjuangan dan berkorban walau dimana jua

pada Mu Tuhan aku bermohon dosa ayah ku minta diampunkan

berilah rahmat bantulah dia untuk menegakkan agama Islam


Lirik lagu itu selalu berhasil membuat saya menangis. Lirik yang mulai saya dengar sejak saya kecil itu menggambarkan seorang kakak yang hidup bersama ayahnya, dan adiknya. Di depan ayahnya yang sedang menghadapi sakaratul maut, sang kakak masih harus berjuang menegarkan adiknya.

Saya merasa saat ini saya sangat takut untuk benar-benar kehilangan ayah. Sosok yang saya sayangi setelah ibu saya, sosok yang mungkin jarang saya temui di diri lelaki yang pernah saya kenal.
Ayah ,
Saya tahu di usia mu yang sudah setengah abad, letih kau hadapi hidup dengan kepenatan yang membuat harus jauh bersama anak istri mu. Tapi saya sadar ayah, ayah berjuang bukan untuk anak istrimu, tapi bejuang demi agama mu yang telah mengamanatkan mu menjadi seorang ayah sekaligus suami bagi ibu.

Masih jelas teringat di benak saya, bagaimana ketika saya menahan perih karena harus jauh dari ayah. Disaat semua anak belajar menapakan kakinya untuk bersepeda bersama ayahnya, saya harus berjuang sendiri. Tapi saya merasa ada satu moment paling bahagia yang tidak bisa saya lupa, satu moment yang memberikan saya amanat yang saya selalu ingat sampai saat ini, moment ketika saya TK berhasil menyelesaikan pelajaran saya membaca Iqro untuk kemudian naik kelas ke Al-Quran, dengan perasaan bangga ayah berkata “ Wah anak ayah udah Al-Quran, terus dibaca ya dek, kalo udah gede dipahamin artinya terus dilaksanain.”

Saya memang banyak kehilang moment bersama ayah di saat kecil, tapi ada banyak kebahagian yang tetap ayah beri untuk saya meski ayah berada jauh dari saya. Meski terkadang disetiap moment lebaran saya harus melihat ibu saya meanagis duduk di sudut ruangan rumah kakek saya, dan menutupi tangisnya ketika saya menghampirinya, tapi setiap kali lebaran dan ayah berkesempatan untuk pulang di situ saya merasakan sesuatu yang beda. Tidak ada tangis kerinduan yang saya lihat dari ibu,, yang dapat saya tangkap dari mata ibu mungkin hanya satu, jangan tinggalkan kami dulu.

Di setiap malam ketika rindu merasuk jantung seorang anak yang sedang merindu ayahnya, saya hanya bisa bersembunyi di balik guling saya, menahan tangis yang tersendu dalam, dan ketika ibu saya mengtahuinya hanya dekapan yang ibu beri untuk tenangkan anaknya.

Saya memang punya kesedihan dalam masa kecil saya, tapi saya punya berjuta pelajaran yang bisa saya temukan yang belum tentu semua orang bisa belajar lebih awal mengahadi hidup seprti saya, Allah Maha Adil, Maha memberi segala yang kita butuhkan bukan kita inginkan, munkin ini bagian dai yang saya butuhkan. Saya punya banyak kebahagian ketika semua kembali normal. Bersama ayah dan ibu. saya punya masa remaja yang begitu menyenagkan, masa remaja yang penuh cerita dengan banyak pelajaran yang ayah beri.
Di saat semua remaja yang beranjak dewasa malu untuk berdekatan dengan ayah atau ibunya, saya masih merasa seperti anak kecil yang ingin dimanja. Makan lagsung dari tangan sang ayah, atau bahkan untuk tidur bertiga pun masih saya rasakan.

Iya, kami keluarga kecil, sederhana, namun bahagia. Kami punya banyak mimpi untuk dapat hidup bersama dunia dan akhirat. Meski kami hidup sederhana, ayah tetap berprinsip bahwa kesederhanaan yang akan membawa kami pada pintu kebersamaan kelak di akhirat nanti. Ayah selalu berkata, ketika kelak saya memiliki keluarga, mintalah nafkah yang tidak berlebih asal nafkah itu berlebih dengan berkah dan kehalalan. Seperti apa nanti sifat anak mu kelak, itu adalah gambaran dari rizqi yang kau berikan pada anak mu.

Ayah, meski saya tau saat ini ayah sebenarnya sedang berjung keras bangkit melawan penyakit, dan harus jauh dari kami, tapi percaya ada doa tulus yang menyertai mu dari istri yang shalehah yang ayah miliki, doa yang tulus dari anak mu yang sedang berjuang menjadi yang terbaik yang pernah kau hidupi ayah. Tetap semangat ayah, karena aku, ibu dan dua mahluk kecil yang menanti mu saat mereka lahir kebumi nanti masih ingin terus ayah damping, sampai kami bisa menjadi yang terbaik yang pernah ayah miliki.

0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting