Kamis, 28 Oktober 2010

seribu satu alasan kenapa nikah muda itu enak.. hahaha

Enjoy this post


Tujuan kehidupan seseorang khususnya dalam percintaan adalah MENIKAH. Gak ada yang bisa ngungkirin kalo nikah itu kebutuhan yang penting, meski ada beberapa minoritas orang yang lebih memilih untuk tidak menikah. Kapan dan sama siapa kita akan menikah itu memang sudah ada yang mengatur, namun meski seperti itu sebagai manusia kita masih bisa berencana dan mencari yang terbaik untuk kita. 


Umur saya belum genap tujuh belas tahun, namun berjuta rencana dalam hidup saya sudah tersusun rapih, bagaimana dan kapan semua rencana itu harus saya wujudkan sudah terfikirkan dengan matang di ubun-ubun saya. Termasuk rencana “MENIKAH”. Entahlah naluri, atau sekedar meneruskan tradisi nikah muda di dalam keluarga saya . 



Eitzz, jangan kalian fakir no reason I want it. Ada bebeapa alasan mengapa saya mengininkan nikah muda. Tapi sebelumnya yang harus kalian saya tahu rencana pernikahan saya harus terlaksana pada saat umur saya menginjak usia 22 tahun, ya.. paling tua 23 tahun. Yang terpenting sebelum saya menikah, saya harus menyelesaikan study S2 aya dan sudah memiliki bekal keungan secara baik. Artinya setelah lulus S1 saya harus “Kuliah sambil kerja, bukan kerja sambil kuliah.” Amin!!


Dibawah ini alasan mengapa saya sangat meginginkan menikah muda, tentunya tanpa hal-hal negative seperti Married by accident… 



1. keturunan nikah muda 


MySpace

Di keluarga ibu saya nikah muda bukan menjadi hal yang asing, bahkan sesuatu yang wajib terlaksana manakala sudah memiliki pacar (khusus perempuan). Mengapa demikian? Abi saya (kakek), sangat melarang anaknya bahkan cucunya untuk memiliki kekasih alias pacar alias bokin sebelum menyelesaikan pendidikan yang ia tempuh.oleh karena itu, setiap anaknya yang sudah lulus SMA selalu mendaat pertanyaan yang sama dengan syarat yang sama dai beliau “ Mau kuliah, dengan syarat focus ke kuliah sampai lulus, atau mau bekerja dengan keringanan boleh menikah kapan pun asal sudah siap lahir batin ?” 


Ketika sang anak menjawab kuliah, tentu memiliki kontrak untuk tetap memegang teguh perjanjian yang telah dibuat “TIDAK BOLEH PACARAN”, namun apabila anak tersebut memilih untuk bekerja dan memiliki pacar, pernikahan harus segera dilaksanakan secepatnya agar tidak terjadi fitnah bahkan perzinahan yang lebih dalam. 



MySpace2. ibu saya pun menikah di usia 16 tahun menuju 17 tahun….. 



Iibu saya tidak bodoh, tidak juga kecentilan seperti teman-teman sebayanya. Ya.. cinta memang tidak bisa dipaksa. Ibu saya terlalu dini mengenal cintanya. Ibu saya ermasuk anak cerdas yang dapat menyelesaikan SMA nyadi usia 16 tahun. Namun cinta itu keburu merenggut impian ibu saya untuk menjadi seorang Filsuf terdidik(melanjutkan kuliah di juruasan ilmu filsafat). Ibu saya pacaransaat meginjak SMA kelas dua, pacaran dengan sangat menjaga harga dirinya sebagi perempuan, dan sangat menjaga hatinya. Disaat semua perempuan sudah dicium pacarnya, atau bahkan gontaganti pacar, ibu saya tetap pada prinsip dan menjaga hatinya (kata sahabat deket ibu). abi yang mengetahui hal itu lansung menikahkan ibu saya, tanpa bertanya kembali mau kuliah atau tidak setelah lulusnya pada lelaki pilihannya. Terus nongol deh saya…. Ibu sangat menyesal, dan ibu melarang saya berpacaran sebelum gelar S1 saya dapatkan (tapi saya gak ikutin.. hehe.. maaf yah Mom) 



MySpace3. mau jadi ibu-ibu GAOEL…. 



Ini dia gak enaknya punya ibu yang masih muda, hahaha. Tapi kalo kita yang jadi ibu-ibu pasti enak. Kenapa bisa jadi ibu-ibu gaul? Karena jarak usia ketika anak kita remaja tidak terlalu jauh. Kita masih bisa tahu perkembangan anak muda pada saat itu, pkoknya bisa lebih friendly sama anak, dan anak gaka akan jauh dari kita karena anak cenderung malu punya ibu yang udah tua. Tapi itu buat anak yang kurang terimakasih aja. 

Haaha…….. 



MySpace4. saat anak kita masih sangat membutuhkan kita, kita masih produtif 



Ini dia alasan kuat kenapa saya sangat ingin nikah muda. Usia 22 atau 23 tahun adalah usia yang tepat untuk melahirkan, tulang belakang kita pun sudah cukup kuat untuk menopang bayi pada saat dia lahir. 



Usia yang masih produktif pada saat anak kita masih membutuhkan kita menjadi pertimbangan saya. Katakalah saya menikah 22 tahun anak saya berumur 17 tahun, itu berarti usia saya pada saat itu masih 39 tahun. Usia yang masih relative muda untuk ada di sisi anak tidak hanya sebagai orangtua, melaikan sahabat bahkan guru. Pada saat anak kta sudah punya anak, kita tidak terlalu lelah untk bercanda dengan cucu. 



Hahaa, panjang banget yah penjabarannya. Saya hanya bisa berharap dan berdoa apa yang saya inginkan bisa tercapai. Amin.. buat para adam yang menginginkan saya, sebisa mungkin kedepan saya tidak mencari pacar, melainkan CALON SUAMI.MySpace 



0 comments:

Posting Komentar

Please leave a comment if you have critics for me

 

Template by Best Web Hosting