Enjoy this post
Ya Rabb, masih jelas teringat di pikiranku kejadian 5 tahun silam saat aku benar-benar hampir kehilangan ibuku. Dan sekarang, apa mungkin aku akan merasakan ketakutan yang sama untuk merasakan ketakutan kehilangan seorang ayah dan adik tiriku???
Tak banyak orang tahu aku meimiliki seorang adik tiri lelaki. Usianya 12 tahun. Aku tidak pernah menyebut-nyebut namanya dalam ceritaku karena aku enggan semua orang tau. Kakak macam apa aku ini Ya Rabb, tega tidak mengakuinya sebagai seorang adik sekali pun dia adik tiriku padahal kami sudah saling mengenal sejak tangisan pertamanya. Meski demikian aku sangat menyayanginya jauh dari apa yang dia tahu. Aku pun tidak pernah sampai hati menyakiti perasaannya. Aku sangat menyayanginnya layaknya adik kandungku sendiri.
Kami hidup terpisah, jarang sekali bertemu. Ayah mengirimnya ke salah satu pesantren atas kemauan adikku. Itulah yang menyebabkan jarang sekali ada cerita yang terbentuk di antara kami. Meski pun dia bukan anak kandung ayahku, rasa sayang ayah terhadapnya tidak ada bedanya terhadapku. Ayah sangat menyayangi dia, sangat memperhatikan kebutuhannya yang juga tinggal jauh sama sepertiku.
Sudah sepekan adikku berada di rumah. Mukanya pucat, badannya hampir tak ada daging. Sudah sebulan adikku mengalami sakit yang aneh. Sewaktu di sekolahnya, dia sering kali menjerit ke sakitan di bagian perut sebalah kirinya, kakinya sakit tak bisa digerakkan. Anehnya penyakit itu menyerang setiap pukul 03:00 pagi. Aku pandangi dia saat dia tidur, malang betul nasipmu adikku. Sejak kecil sudah hidup sebatang kara, dan sekarang harus merasakan penderitaan seperti ini.
Ayah dan ibuku tidak hanya diam melihat penyakit yang diderita adikku. Sudah 5 Rumah Sakit di wilayah Jabodetabek kami singgahi. Namun semua diagnosis yang dokter beri hasilnya nihil, alias sehat walafiat.
Sejak usia 9 bulan adikku memang sangat peka dengan hal-hal mistik. Aku teringat kejadian saat dia 9 bulan dan kami baru pindah rumah ke rumah kami yang telah dijual untuk biaya pengobatan ibu. Dia menangis setiap malam, dan ternyata dia melihat sosok mahluk halus di rumah kami. Hal itu pun sekarang terjadi, setiap kali penyakit itu menyerang, dia melihat sosok wanita kurus berlarian di halaman rumah kami. Padahal aku dan ibu tidak melihat apa pun.
Hal aneh lain yang menimpa sejak sebulan yang lalu adalah sms-sms gelap yang meneror seisi rumah, beruntung aku tidak mendapatkannya. Aku tidak tahu dari mana orang tersebut mendapatkan nomor handphone adik dan ibuku. Di keluarga kamu, hanya mereka berdua yang nomornya tidak pernah dikasihkan oleh siapa pun.
Dua hari yang lalu adikku menerima sms dari orang yang tidak di kenal. Isi smsnya memberitahukan stasus dia sebenarnya dalam keluarga ini. Kami memang tidak sampai hati memberitahukan status dia yang sebenarnya, bagi kami dia sudah bagian dari keluarga ini. Sudah dihapuskan kata anak tiri dalam kamus keluarga kami. Kontan psikisnya semakin drop. Ibu mendapati beberapa kali untuk kabur. Puncaknya kemarin malam, ayah menemuinya sedang duduk berpangku tangan di pojok peron stasiun kereta api tempat biasa aku menunggu kereta untuk hendak kembali ke Depok.
Ayahku pun menerima sms dengan nada ancaman yang mengarikan. Isi smsnya adalah "Istri loe pernah hampir merasakan mati, dan sekarang? Pelan-pelan putra-putri loe yang mati ! Selanjutnya, gue bakal ketawa puas ngeliat kehancuran loe yang udah kehilangan anak dan loe bakal mati dalam kesepian!". Ayahku pun tidak tahu siapa orang yang tega berbuat demikian. Apakah masih orang yang sama, yang mencoba masuk dalam keluarga kami menghancurkan semua yang telah kami bangun??
Mendengar ancaman itu ayah mulai geram. Berusaha untuk melawan sebisanya. Aku paham siapa ayahku. Beliau sosok yang sangat sederhana, murah senyum, dan tidak suka pamer. Rumah yang saat ini kami tempati pasca ibuku sakit 5 tahun yang lalu, masih sengaja dibiarkan terlihat tak terawat, meski kami punya cukup uang untuk membenahinya. Mobil yang menurut orang cukup mahal pun tak pernah dipakainya, ayah tetap setia dengan motornya kemana pun dia pergi. Ayah tak pernah berkata kasar terhadap orang lain. Melihat hal ini aku hanya dapat bertanya apa salah ayahku??? Salah jika ayah mempunyai karir yang bagus meskipun atas hasil usahanya sendiri?? Salah jika ayahku terlahir sebagai orang yang cerdas dalam segala hal sehingga banyak rekan kantornya sangat menyukai berteman dengannya?? Salah???
Semalam sebelum tidur, ayah menasehatiku dengan sangat hati-hati. Berpesan padaku untuk tidak terlalu pusing menanggapi masalah ini. Ayah hanya memintaku untuk tetap serius belajar terlebih sebentar lagi ayah tahu aku akan menghadapi ujian akhir semester. Ayah tidak ingin aku terlibat jauh dalam permasalahan ini. Tapi sebagai seorang anak dan kakak, jujur aku tidak sampai hati untuk tidak memikirkannya. Saat ini aku hanya mampu menangis dalam doaku, mengharap Allah memberikan keibaan pada keluargaku. Aku takut kejadian 5 tahun silam terulang kembali. Aku takut kehilangan ayah dan adikku dengan cara yang konyol.
Aku ingin keluarga kecilku kembali normal. Tidak ada jeritan tiap malam yang keluar dari mulut adikku. Aku menangis dalam tidurku di pagi buta, saat ayah berpamitan padaku untuk berangkat ke kantor tadi pagi. Ayah tak sampai hati untuk membangunkanku rupanya, ayah hanya mengelus rambutku dengan penuh hati-hati, dan mencium keningku.
Ya Rabb, lindungiku keluargaku ! Lindu
0 comments:
Posting Komentar
Please leave a comment if you have critics for me